Wednesday, January 26, 2011

Membuat mesin tetas (penetas) telur unggas sederhana

Mesin tetas atau penetas telur unggas yang umum digunakan masyarakat pedesaan mempunyai disain dan konstruksi yang sangat sederhana. Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang melekat pada desain tersebut, mesin ini tergolong mudah dan murah pembuatannya. Tidak  harus tukang kayu profesional yang harus melakukan, bahkan seorang anak ABG-pun bisa membuatnya, demikian kelakar salah satu pelaku penetasan amatir.  

Dengan menerapkan peralatan kontrol suhu atau thermocontrol yang bagus, alat  sederhana ini akan menjadi sangat efektif sebagai mesin penetas dengan tingkat keberhasilan yang relatif tinggi. Hal ini dialami oleh berbagai kalangan yang telah mempraktekkannya. 

Kebanyakan dari mereka yang mencoba bukanlah peternak profesional dan paham benar tentang perunggasan. Namun dengan sedikit belajar dan bertanya pada beberapa kalangan perunggasan, dengan memakai inkubator penetas sederhana buatan mereka sendiri, mereka mengalami keberhasilan yang luar biasa. Bahkan beberapa kalangan peternak profesional sampai tidak percaya dengan keberhasilan mereka. 

Rahasia dari keberhasilan ini terletak pada penerapan alat kontrol temperatur yang presisi dan sangat responsif mempertahankan kestabilan temperatur dalam ruang inkubator, bahkan untuk inkubator yang dibuat oleh amatir sekalipun. Untuk mendapatkan peralatan ini bukanlah hal yang sulit sekarang ini karena peralatan yang biasanya dipakai alat penetas besar dan mahal ini bisa didapatkan dengan harga yang sangat murah, mulai dari Rp. 120.000,- sampai dengan 450.000,- (Hubungi nomor telepon dibawah untuk mendapatkannya).









Terlepas dari tampilan thermocontrol, apakah itu yang mempunyai display digital (seven segment atau LCD) maupun tidak, fluktuasi hasil dari pengaturan alat tersebut yang menjadi kuncinya. Dengan fluktuasi dibawah 0,5 derajad celcius dengan respon update kurang dari satu detik, maka satu sisi penting dari sistem penetasan telah dapat dipenuhi.







Namun demikian ada beberapa acuan yang harus diperhatikan dalam menerapkan teknologi thermocontrol pada alat penetas sederhana, utamanya penempatan sensor dari kontrol. Hal ini tidak terlepas dari kekurangan dari konstruk box penetas sederhana, yaitu kurang meratanya perambatan panas pada berbagai area yang berbeda dari ruang inkubator. Ilustrasi dibawah ini menunjukkan hal tersebut.




to be continued .........

Tuesday, January 25, 2011

Cara Membuat Box Tetas Sederhana

Ada berbagai macam tipe box penetas yang biasa dipakai para praktisi penetas telur unggas. Mulai dari kapasitas kecil yang paling sederhana sampai pada kapasitas besar yang canggih dan umum digunakan oleh breeder besar seperti phokpand.

Disini akan diulas beberapa model untuk para pemula dengan mengacu pada yang umum digunakan oleh masyarakat komunitas peternak di Mojosari dan Malang.

1. Konstruksi Mojosari

Masyarakat Mojosari biasa menggunakan bahan triplex ukuran 3mm dan stierofoam (gabus) ukuran 10mm dan rangka kayu 2x4 cm. Penggunaan triplex saja, baik ukuran tipis atau tebal dikhawatirkan tidak efisien di penyimpanan panas. Untuk mengatasi hal ini, digunakan gabus yang ditempatkan diantara 2 dinding triplex untuk menahan panas dengan meniru efek thermos.

Ukuran box penetas yang biasa digunakan di Mojosari adalah kapasitas 350 butir telur bebek dengan ukuran 120x80x80 dengan total estimasi biaya pembuatan kira-kira Rp. 200.000,-

Tipe box ini di Mojosari tingkat keberhasilannya 65% dikarenakan kontrol pengatur suhu masih memakai thermostat tipe wafer (atau yang umum dikenal dengan tipe kapsul oleh masyarakat umum. Kami menyebutnya dengan tipe UFO) dengan fluktuasi suhu yang tinggi diatas 1,5 derajat Celcius dan bahkan seringkali sampai 3 derajat Celcius. Kekurangan lain thermostat ini dipadu dengan microswitch mekanis adalah sering terbakarnya titik kontak dan sering putusnya bohlam lampu karena hard-switching.
Thermostat Wafer atau UFO

Masyarakat Mojosari juga sering mengukur temperatur tidak dengan thermometer melainkan dengan memasukkan tangan keruang incubator atau yang umum mereka sebut dengan istilah oven. Kalau menurut pemahaman kami oven itu untuk temperatur tinggi, bukan untuk incubator yang suhu maksimumnya hanya 40 derajat Celcius. Cara ini tentu saja tidak valid karena tangan manusia merasakan panas dan dingin dipengaruhi oleh kelembaban udara, bukan oleh temperatur semata. Temperatur yang sama cenderung akan dirasakan lebih dingin pada kelembaban yang lebih rendah. Sebaliknya temperatur yang sama akan dirasakan lebih panas pada kelembaban yang lebih tinggi. Efek ini dipengaruhi oleh penguapan cairan yang ada pada permukaan kulit kita. Pada kelembaban yang rendah cairan di permukaan kulit akan mengalami penguapan yang lebih besar sehingga kita merasakan kedinginan.


2. Konstruksi Malang

Box konstruksi Malang biasanya memakai bahan partikel board ukuran 9mm dan 12mm. Penggunaan partikel board, sangat baik untuk bisa dengan cepat mendapatkan suhu yang diinginkan, tetapi kelemahannya juga mudah dengan cepat kehilangan panas apabila lampu matinya agak lama.

Ukuran box penetas yang biasa digunakan dikonstruksi Malang adalah kapasitas 200 butir telur ayam dengan ukuran 90x30x32 dengan total estimasi biaya pembuatan kira-kira Rp. 200.000,-